Login
Silakan masukan email dan password Anda.
W.H.O. Seminar in Pathology, May 13 – 16 , 1968” merupakan seminar patologi pertama diselenggarakan di Jakarta atas kerjasama Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan World Health Organization. Seminar ini disusun oleh Dr. Walter G. J Purschar (Medical Consultant WHO, Searo) dan Professor Sutomo Tjokronegoro (Honorary Chairman). Adapun panitia lainnya : Prof Djamaluddin, Prof. Dr. Mahar Mardjono, Dr. Rukmono, dr. Sudarto Pringgoutomo, Prof. Dr. Sri Oemijati dan Mr Supangkat (dari Ditjen Pendidikan Tinggi P&K)
Peristiwa yang dipersiapkan sejak awal bulan Maret 1968, semula disebut sebagai “Workshop in Pathology” berubah menjadi “Seminar in Pathology”. Hal ini berkat dorongan “motor”nya: Dr. Putschar, Medical Consultant, WHO, SEARO, yang berkedudukan di New Delhi, India. Dr. Putschar ialah patolog dari Massachussetts General Hospital dan Harvard Medical School, yang saat itu berposisi sebagai medical consultant WHO untuk daerah Asia Tenggara. Seminar ini, yang disponsori oleh WHO bekerja sama dengan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Dep. P & K , mengenai penyakit tulang, sendi, paru dan kulit (termasuk neoplasma dan fungus); pesertanya para ahli dari Indonesia dan Thailand (Muang Thai). Para peserta dari luar Jakarta biaya tiket pp. ditanggung oleh WHO dan mereka mendapat uang harian $ 12. Sponsor dalam negeri ialah PT Wigo.
Sekretariat Panitia Penyelenggara beralamat di Bagian Research FKUI, dr. Sudarto Pringgoutomo dengan mitra kerja Mr. Srinivasan dari sekretariat WHO New Delhi, melakukan korespondensi ke luar, sedangkan ke dalam (lingkungan FKUI) mengundang rapat-rapat Panitia antara lain menentukan peserta, pengaturan acara, pemakaian ruangan --karena perkuliahan mahasiswa jalan terus--, penyampaian lumpsum dll.
Semula dijadwalkan pada tanggal 20 – 26 Mei, lalu dimajukan menjadi 13-18 Mei 1968. Pertemuan ini dapat dipandang sebagai pertemuan instruktif yang akan dipimpin Dr. Putschar, seorang patolog anatom yang all-round pengetahuannya, yang juga menjadi kontributor, menulis dalam buku patologi Henke-Lubarsch.
Jumlah peserta yang terdaftar 31 orang: 4 dari Thailand (semua pathologist: 3 dari Bangkok dan 1 dari Chiengmai), 27 peserta Indonesia berasal dari Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Semarang, Surabaya, Denpasar, Makasar, Padang dan Medan, terdiri dari 10 pathologist, 5 surgeon, 2 orthopedist, 1 internist, 1 radiologist, 2 chest physician, 1 neurologist, 2 parasitologist, 1 dermatologist, 1 pediatrician. Ke 10 pathologist Indonesia ialah: Rukmono, Sudarto dan Bratatjandra (Jakarta), Topo Harsono, Samsu Satari (Bandung), Tirtosugondo (Semarang), Titi Sulastri Mugiono (Yogyakarta), Racmat Santoso (Surabaya), I.G.N. Adnyana (Denpasar), Nur Aidah Bima (Makasar), dan Widjaja Hakim (Padang).
Beberapa cuplikan jalannya seminar:
Prof.Sutomo Tjokronegora after mentioning the fine cooperation between Dr. Putschar and the host committee declared the seminar open. The Dean of the Medical Faculty welcomed the aid given by WHO which has made this seminar possible, notwithstanding the difficult economic situation prevailing in Indonesia which makes it almost impossible for most Indonesian doctors to devote themselves solely to research and scientific work. (catatan: bagaimana situasi saat ini, tahun 2007, to devote to research and scientific work?). The Dean also introduced Dr. Putschar to the audience.
Dr. Putschar gave an introductory lecture on the basic science of bone. A review was given of the embryological, physiological, biochemical and mechanical aspects
Following tis lecture a clinical pathological conference concerning a case of monostatic fibrous dysplasia of the tibia in a 6 year old girl was held and followed by case presentations:
Dr. Putschars’ lectures:
Case presentation:
Dr. Suharso, Rehabilitation Center, Solo:
dr. Rachmat Santosa, Department of Pathology, FK-UNAIR, Surabaya: Histiocytosis-X.
dr. Dradjat Nitidiningrat, Department of Radiology, FK-UNDIP, Semarang: Osteogenesis imperfecta tarda in a 39 year old woman.
dr. Topo Harsono, Department of Pathology, FK-UNPAD, Bandung:
dr. L.A.Tamaela, Radiology subdivision, Department of Pediatrics, FKUI Jakarta:
dr. Iskandar W., Hematology subdivision, Department of Pediatrics, FKUI Jakarta:
Speaker : Dr. Putschar:
Dr.R.Suharso: Tuberculosis of bone and joints. Indonesian aspects.
dr. L.A.Tamaela: Post variola osteomyelitis (illustrated with Indonesian cases).
Case presentation:
Dr. R.Suharso:
Dr. L.A. Tamaela: Osteomyelitis of the humerus in a 7 months old boy. (Jakarta)
Dr. R.Suharso : Tuberculosis of the hip joint in a 8 year old girl. (Solo)
Dr. N.Thrasher : Tuberculosis of the spine. (Bandung)
Dr.R.Suharso : Tuberculosis of the spine in a 22 year old man. (Solo)
Dr. Putschar : Rheumatoid arthritis. (WHO)
Ceramah : Dr. Putschar:
Presentasi kasus :
Dr.Nagar Rasjid :
Dr. Titi Sulastri Mugiono: (Yogyakarta)
Dr. Mario Benanzio: Para osteal osteosarcoma right foot (Bandung)
Dr. Putschar : Chronic osteomyelitis.
Dr.Tirtosugondo : Benign giant cell tumor of the radius in a 50 year old femeale. (Semarang)
Dr. Sularto :
Old boy. (Jakarta)
Dr. B.Bratatjandra :
Dr.R.Budhi Darmojo Multiple myeloma (Semarang)
Ceramah : Dr. Putschar : Fungus diseases, general aspects.
Dr. S.D.Suprihatin : Fungus diseases, Indonesian aspects.
Dr. Putschar : Malignant skin tumors.
Dr. Mochtar Hamzah: Malignant skin tumors, Indonesian aspects.
Case presentation:
Dr. Rachmat Santoso : Actinomycosis. (Surabaya)
Dr. L.A. Tamaela : Pulmonary monoliasis in a 12 year old girl. (Jakarta)
Dr. I.G.N.P. Adnjana : Malignant melanoma above the ankle of the left foot in a 60 year old man. (Denpasar)
Dr. Topo Harsono : A case which microscopically is diagnosed as squamous cell hyperplasia but
which clinically is difficult to distinguish from carcinoma of the skin.(Bdg)
The following figures concerning skin malignancies:
Dr.Sudarto Pringgoutomo – Jakarta, 1955-1960 :
Squamous cell carcinoma male female
Head and neck 34 42
Lower limb 34 14
Basal cell carcinoma
Head and neck 48 55
Lower limb 2 --
Malignant melanoma
Head and neck 10 11
Lower limb 42 21
Dr. Wit Manakanit – Chiengmai, Thailand, during 1965
Total surgicals 3400 cases
Squamous cell carcinoma 14 “
Basal cell carcinoma 10 “
Malignant melanoma 8 “
Dr.L.Hendrata – Surabaya, 1965 – 1967
Squamous cell carcinoma 162 cases
Basal cell carcinoma 51 “
Melanoma malignum 20 “
Speaker : Dr. Putschar:
Case presentation:
Dr. L.A.Tamaela :
Dr.J.Sugondho (chest physician) and Dr.Mochtar (chest surgeon) Jakarta:
Dr. Rachmat Santoso (Surabaya): Two autopsied cases of carcinoma of the lung.
Dr. Samsu Satari (Bandung):
Special Announcement: At the end of the first part of this day’s session, the presiding officer, dr. Sudarto announced the founding of the Indonesian Association of Pathologists (Ikatan Ahli Patologi Indonesia) the idea for the establishment of which was mooted by Dr. Topo Harsono from Bandung and which was encouraged by Dr. Putschar.
Closing session: Prof. Sutomo in his closing speech expressed the gratitude of the medical faculty and that of the participants to the WHO and particularly to Dr. Walter G.J.Putschar for their combined efforts which has made this seminar a success.
The short presence of Dr.Putschar in Indonesia has been a stimulation for the medical profession, and for the pathologists in particular, to improve on methods of teaching and research.
A small token of appreciation was presented to Doctor and Mrs. Putschar by Professor Sutomo on behalf of all the participants.
Farewell lunch presented by the Medical Faculty.
Demikian cuplikan rentetan peristiwa berlangsungnya “W.H.O. Seminar in Pathology” dari tanggal 13 s/d 18 Mei 1968, di mana para patolog dari Makasar, Denpasar, Surabaya, Semarang, Yogyakarta, Bandung, Jakarta dan Padang di sela-sela seminar tersebut (16 Mei 1968) berkumpul membicarakan pembentukan organisasi profesi patologi atas prakarsa Dr. Topo Harsono yang saat itu menjabat Kepala Bagian Patologi FK-UNPAD, Bandung. Gagasan untuk mendirikan organisasi profesi tersebut disepakati secara bulat dan kemudian diumumkan secara resmi berdirinya Ikatan Ahli Patologi Indonesia pada sidang hari terakhir seminar WHO tersebut.
Sebagai tindak lanjutnya pada 15 Juli 1968 dikirim surat kepada Pemimpin dan para asisten Bagian Patologi dan Bagian Patologi klinik Fakultas Kedokteran:
Surat tersebut memberitahukan telah didirikannya Ikatan Ahli Patologi Indonesia sewaktu berlangsungnya Seminar Patologi oleh W.H.O. dan FKUI bulan Mei 1968, pada suatu rapat yang dihadiri para ahli Patologi Anatomik dari Jakarta, Bandung, Semarang, Jogja, Surabaja, Makassar, Denpasar dan Padang . Susunan pengurusnya: Ketua: Rukmono, Wakil Ketua: Topo Harsono, Sekretaris: Sudarto Pringgoutomo. Dalam bulan Juni dan Juli pengurus telah mengadakan pembicaraan di Bandung yang menghasilkan:
Pengurus menganggap rapat yang dimaksud dalam butir 3 tersebut pengurus sebaiknya diadakan di Bandung bersamaan waktunya dengan Muktamar IDI yang akan diadakan pada tanggal 14 – 19 Oktober 1968. Dr.Topo Harsono akan membentuk “Host Committee” yang akan menghubungi semua patolog di Indonesia. Program lengkap akan disusun, antara lain mengenai soal-soal organisasi, AD, ART, keuangan, program kerja termasuk penerbitan majalah dll. Jumlah peserta yang akan mengikuti diserahkan kepada universitas masing-masing dan karena belum adanya keuangan, biaya harus dipikul sendiri-sendiri. Diharapkan masing-masing pusat dapat mengirimkan sekurang-kurangnya satu wakil. Ketua IAPI mengharapkan agar dalam waktu singkat dapat diberitahukan kepada Dr. Topo Harsono kesediaan dan jumlah wakil yang akan dikirim. Dengan salamnya, Ketua IAPI Dr.Rukmono menandatangani surat tersebut.
Rapat Kerja IAPI ke-1. Hasilnya antara lain disusunnya AD dan ART, dan akte pendirian IAPI yang dibuat di hadapan Notaris K.Andarsasmita, Bandung, oleh Dr.Topo Harsono dkk.
Para wakil Jakarta beserta Dr.Rachmat Santoso (Surabaya) kembali ke Jakarta naik jeep Toyota (milik L.Res.Kanker Nas.) malam hari sambil membawa sejumlah mencit albino yang dibeli dari Biofarma, Bandung, (dr. Sudarto Pringgoutomo waktu itu menjabat sebagai Kepala Bagian Research FKUI yang memiliki laboratorium hewan percobaan, serta sebagai Ketua IDI cabang Jakarta menjadi anggota delegasi IDI Jakarta ke Muktamar IDI) di tengah jalan mencit-mencit tersebut lepas dari kandangnya dan harus ditangkapi lagi.
Demikianlah kilas balik selintas peristiwa didirikannya IAPI. Kini, dalam menapaki usia yang ke-49, mungkin dapat dipertanyakan: masih pedulikah kita pada eksistensi IAPI dan ke arah manakah kita bawa IAPI ini selanjutnya? Jawaban ada pada nurani kita masing-masing.
Oleh : dr. Sudarto Pringgoutomo